Melihat foto diatas sepertinya
tidak ada yang salah dengan mereka, senyumnya terkembang lebar, pun
semangat sepertinya terpancar dari wajah-wajah polos itu, tapi
dibalik itu beban seakan terlalu berat untuk mereka tanggung, sendirian.
Berawal dari sebuah surat elektronik
yang saya terima Senin (16/7) lalu, beradalah saya hari Sabtu pagi
(21/7) di XXI Djakarta Theater untuk nonton bareng film Madagascar 3:
Europe's Most Wanted. Madagascar 3...?, ya, film animasi itu yang membuat
saya jauh-jauh dari Bintaro menahan kantuk di pagi hari puasa
pertama, menempuh jarak cukup jauh yang untungnya hari itu jalan
cukup sepi, efek puasa mungkin. Nonton bareng kali ini bukan nonton
biasa, sebelum film dimulai penonton sudah dibuat terpingkal-pingkal
dengan penampilan atraksi dan badut dari anak-anak binaan Red Nose Foundation. Selama film diputar, Alex dan kawan-kawan sukses mengocok
perut semua penonton terutama anak-anak itu. Anak-anak yang pada
hari-hari tertentu harus tergolek lemah di ranjang kasur putih dengan
infus menancap dan mesin-mesin medis yang tak henti-hentinya memantau
perkembangan tubuh mereka. Menyakitkan, ya, bahkan membayangkannya
saja membuat saya ngeri, lebih menyakitkan lagi mengingat
anak-anak itu datang dari keluarga marjinal, yang secara ekonomi
mungkin pas-pasan apalagi biaya operasi dan kemoterapi yang harus
rutin dilakukan demi kesehatan buah hati yang tidak sedikit.
anak-anak Red Nose Foundation sedang melakukan juggling |
Adalah Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia,
YKAKI, yang mengajak mereka berada di XXI Djakarta Theater bersama
saya pagi itu, mencoba memberikan sedikit hiburan bagi anak-anak yang
tengah berjuang melawan kanker. YKAKI berusaha meringankan beban anak-anak
penderita kanker yang salah satunya melalui program Rumah Kita, tempat persinggahan bagi mereka orang daerah yang berobat di Jakarta. Nah,
anak-anak yang sedang berada di Rumah Kita inilah yang berkesempatan
menonton petualang Alex cs untuk berusaha kembali ke New York melalui
tour sebuah kelompok sirkus Eropa. Beberapa anak tertidur pulas
dipelukan kursi bioskop yang empuk dan nyaman, mungkin mereka lelah,
tetapi banyak dari mereka yang tak henti-hentinya tesenyum, tertawa
dan tampak menikmati adegan demi adegan hingga film selesai dengan
tepukan tangan dari tangan mungil yang puas. Di akhir acara, XXI
Djakarta Theater dengan baik hati memberikan souvenir kepada anak-anak dari Rumah Kita sehingga mereka pulang dengan wajah gembira, semoga tidak hanya hari itu saja.
Adhi, penderita kanker getah bening, tampak senang dengan mainan barunya :D |
Pada saat saya berjalan hendak pulang, Zack, volunteer leader “Count
Me In” hari itu berteriak “have a nice day buddy”, saya hanya
tersenyum kecil dan berkata dalam hati “I already have it, Zack”. Kalau kata orang bukanlah 'apa' tetapi (dengan) 'siapa' yang bisa membuat sesuatu berbeda, merubah yang biasa menjadi begitu istimewa.
Cepat sembuh adik-adikku...!