Rabu, 07 Juli 2010

My 21st Chance


Jakarta, 05 Juli 2010

-Hari berganti seiring sang bulan yang habis ditelan bumi. Waktu terus berlalu dan ia tak mungkin kembali ke masa lalu.-

Kembali merenungi bahwa setiap detik yang terlalui menjadi kisah tersendiri. Awal yang buruk memang jika melihat apa yang terjadi dalam hidup setahun belakangan ini. Bukan resolusi yang terjadi, tapi malah mirip sebuah kemunduran diri. Bukan untuk menyesali tapi hanya memaknai bahwa mungkin awal pondasi yang pahit akan membuat kokoh bangunan ini.

Ya, bangunan kokoh dengan jati diri, mengingat lagi tulisan yang dibuat persis tahun lalu. Sudah saya katakan disitu, memang berat menjalani hidup berkepala dua karena ibarat bangunan disinilah saya benar-benar ditempa menjadi pondasi utama, mau jadi apa hidup saya kedepannya.

Jikalau memang hidup saya belakangan kurang berarti, setidaknya saya mengerti, intropeksi dan segera memperbaiki diri. Mencoba menjadi lebih dewasa dan bukan hanya dianggap tua, mulai memikirkan esok bukan hanya bicara besok. Semoga.

Setidaknya tulisan ini akan saya baca setahun lagi sebagai pengingat saja bahwa hari ini Allah masih memberi kesempatan untuk hambanya ini, kesempatan ke dua satu. Maka sebait doa yang saya kutip dari twitter tempo hari semoga terwujud ditahun ini, "Doaku hari ini: Tuhan, ijinkan aku melakukan hal besar, karena umur yang Kau berikan terlalu penting jika hanya melakukan yang kecil-kecil".



*amburadul gak jelas, idenya melayang kemana-mana. dibuat terpaksa, sebagai pengingat saja, biar gak lupa sudah diberi kesempatan lagi olehNya untuk memperbaiki diri.