Sabtu, 15 Mei 2010

"Kepribadian Ganda"


Kemarin saya membaca artikel di koran nasional, isinya sangat menggelitik, intinya bahwa sulit menarik pajak dari orang kaya. Menurut Ibu Menteri Keuangan yang cantik, cerdas, dan sedikit galak, pegawai pajak kebanyakan minder bila harus mendatangi kediaman wajib pajak kaya itu. Mereka minder hanya karena satpamnya banyak, rumahnya luas atau anjingnya besar-besar.

Disatu sisi dulu sering saya dengar adanya pungutan-pungutan yang terjadi dalam pengurusan dokumen pembayaran pajak, istilah 'kerennya' uang pelicin. Namanya juga uang pelicin yang tidak memberi ya jalannya jadi tidak licin alias seret. Bahasa lugasnya, "gak ada duit terserah gue mau ngerjain kapan".

Ironi memang jika membandingkan dua kondisi diatas. Pada kondisi pertama digambarkan seolah-olah petugas pajak terlalu lemah, tidak punya power untuk menghadapi wajib pajak. Analoginya mungkin seperti tikus yang bertemu nenek moyangnya kucing alias singa, manut-manut saja. Di kondisi kedua, sekarang petugas pajak gantian yang menjadi singa meskipun hanya anak singa tetapi tetap saja membuat tikus ngeri walau hanya mendengar namanya saja.

Sesuatu yang membuat saya heran, kenapa itu bisa terjadi, disatu sisi mereka tampak bergigi tajam, ganas. Tetapi di sisi yang lain seperti kucing yang akan makan ikan yang sudah disediakan tetapi takut gara-gara piring si anjing diletakkan disebelah pirngnya, malu-malu tapi mau. Bisa dikatakan 'berkepribadian ganda'.

Dalam ilmu psikologi, kepribadian didefinisikan sebagai organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/ khas dalam meyesuaikan diri dengan lingkungannya (Allport, 1971). Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap kepribadian itu unik sehingga sulit untuk mengidentifikasinya. Oleh karena itu yang bisa dipelajari hanyalah struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan sejarah hidup, cita-cita dan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang. Jadi kepribadian merupakan sebuah produk dari proses pembelajaran kehidupan seseorang.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kebanyakan dari aparat pajak adalah output dari sebuah PTK. Tak kurang dari seribu lulusan pertahun PTK ini, ditempatkan dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), sedangkan lulusan dari universitas lain sepertinya jarang, karena Kemenkeu tidak sering membuka lowongan, baru-baru ini saja 2-3 tahun sekali. Sehingga bisa dikatakan bahwa pegawai DJP berasal dari PTK ini. Lalu adakah yang salah dengan sistem pembelajaran di PTK ini, salah siapa?!





*ditulis dibawah langit Jakarta setelah hujan, ditengah kekecewaan saya terhadap sebuah sistem, yang hari ini membuat saya tertahan disini.... sruuuuttttttttt.....srrooottttttttt.... idung saya meler lagi....!!! ^_^